Tugu Payan Emas

Tugu Payan Emas
Payan atau Tombak merupakan senjata asli orang lampung khususnya suku Abung

Senin, 26 Maret 2012

PEPACCUR

Puisi Lampung: Pepaccur

Copas dari Blog A. Effendi Sanusi

Pepaccur adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung berbentuk puisi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat. Istilah pepaccur dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O. Di lingkungan masyarakat Lampung dialek A dikenal dengan istilah pepaccogh (di lingkungan masyarakat Lampung dialek A Sebatin dikenal dengan istilah wawancan).

Sudah menjadi adat masyarakat Lampung bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya atau pada saat mereka memasuki kehidupan berumah tangga, pasangan pengantin itu diberi gelar adat sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Gelar adat ini diterima dari klan bapak dan dari klan ibu, dilakukan di tempat mempelai pria maupun di tempat mempelai wanita. Pemberian gelar dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ngamai adek/ngamai adok (jika dilakukan di tempat mempelai wanita), nandekken adek dan inai adek/nandokkon adok ghik ini adok (jika dilakukan di tempat mempelai pria), danbutetah/kebaghan adok/nguwaghkon adok (istilah di lingkungan masyarakat Lampung Sebatin). Setelah gelar diberikan, si penerima gelar diberi nasihat atau pesan-pesan. Nasihat atau pesan-pesan itu disampaikan dalam bentuk puisi yang dikenal dengan istilah pepaccur.

Penyampaian pepaccur memerlukan kemampuan khusus karena di dalamnya terkandung unsur seni. Pepaccur disampaikan dengan cara berdendang atau berlagu dengan irama yang harus dapat memikat perhatian pendengar (hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa masyarakat tradisional Lampung adalah pencinta seni).

Pepaccur terdiri atas sejumlah bait dan setiap bait terdiri atas empat atau enam baris. Jumlah bait pepaccur tidak ada ketentuan yang mutlak. Jumlah bait itu bergantung pada sedikit atau banyaknya pesan yang disampaikan.

Jika dilihat dari struktur globalnya, pepaccur dapat digolongkan ke dalam puisi tradisional berbentuk syair. Pepaccur tidak mempunyai sampiran, semua baris dalam setiap bait mengandung isi (ini yang membedakannya dengan pattun). Pola sajak akhir (rima) pepaccur tidak tetap. Ada yang berpola ab/ab dan ada pula yang berpolaabc/abc .

Pepaccur berfungsi sebagai media penyampaian pesan atau nasihat untuk kedua mempelai dalam upacara pesta pernikahan dan sebagai media untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung. Secara umum, pesan atau nasihat itu berkenaan dengan kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama.

Di bawah ini dikemukakan dua contoh pepaccur (dalam bahasa Lampung dialek O).


Contoh 1
Adek dan Inai Adek anjak Batangan
Adek sai ragah: Jaya Umpuan Mega
Adek sai sebai : inaino inai rateu, adekno Ratu Mahkota

PEPACCUR
Syukur alhamdulillah
tigeh judeumeu tano
dendeng segalo badan
Kekalau metei wo tuah
ino sai upo duo
kiluian adek Tuhan

Sijo ngemik amanah
tetujeu di metei wo
anjak kaban kemaman
Cubo dipilah-pilah
ki bakal ngemik guno
akuk jadei anggeuan

Pertamo, beibadah
sembahyang wakteu limo
dang sappai ketinggalan
Kirim munih fatihah
tehadep sai kak meno
kipak sai lagei tengan

Suwo pungeu tengadah
kilui appun duso
serto selamat badan
Najin mak dapek kiwah
cukuplah sederhano
asal mak kekurangan

Baso caluk gham lapah
dageu dang ghaccak bigo
mato ninuk lakkahan
Nyo sai dibo pindah
anjak alam dunio
selain kain kafan

Hubungan gham di luwah
ino perleu dibino
perleu sakai sambayan
Najin kak sumang darah
pagun jugo beguno
tetangga kirei kanan

Tumbuk ulun sai susah
tesambat suwo mahho
unjak ki lagei badan
Pudak selaleu wewah
tehadep sapo jugo
betikkah lakeu sai supan

Adik wagheimeu nayah
sai di nei atau sai di jo
unyen perleu bimbingan
Jadei anak tuho mak mudah
io mustei bijaksano
di lem segalo tindakan

Basing upo masalah
perleu berecako
jamo kaban wewagheian
Najin sepuluh mudah
sebelas gham betanyo
mangi mak salah jalan

Sijo akhir petuah
ingekken dang lupo
akuk jadei anggeuan
Nyo maknono kidah
seghem matei di gulo
pahemken metei sayan

* Sumber: A. Effendi Sanusi


Terjemah Bebas:

Contoh 1
Gelar dari orang tua mempelai
Gelar yang pria : Jaya Umpuan Mega
Gelar yang wanita: pangkatnya pangkat ratu, gelarnya Ratu Mahkota

PEPACCUR
Syukur alhamdulillah
sekarang jodohmu sampai
hadir segenap famili
Semoga kalian bernasib baik
itulah doa kami
kepada Tuhan Yang Mahakuasa

Ini ada beberapa pesan
ditujukan pada kalian berdua
dari para paman
Cobalah dipilah-pilah
andaikan ada gunanya
ambil dan jadikan pegangan (hidup)

Pertama, beribadah
sembahyang lima waktu
jangan sampai ditinggalkan
Kirim pula fatihah
untuk yang telah meninggal
maupun yang masih hidup

Sambil tangan tengadah
mohon ampun dosa
serta mohon keselamatan
Meskipun (hidup) tidak bisa mewah
cukuplah sederhana
asalkan tidak kekurangan

Pada saat kita melangkah
dagu janganlah terlampau tinggi
mata melihat ke bawah
Apa yang dibawa pindah
dari alam dunia
selain kain kafan

Hubungan dengan orang luar
perlu dibina
perlu tolong-menolong
Meskipun bukan famili
masih juga ada gunanya
tetangga kiri kanan

Berjumpa dengan orang takpunya
sapalah dengan baik
apatah lagi jika masih famili
Muka hendaklah selalu cerah
terhadap siapa pun
bertingkah lakulah yang sopan

Adik-adikmu banyak
dari pihak kamu maupun pihak istri
semuanya memerlukan bimbingan
Jadi anak sulung tidaklah mudah
ia harus bijaksana
di dalam segala tindakan

Apa pun masalah yang dihadapi
perlu terbuka dan bermusyawarah
dengan adik beradik
Meskipun (kita) sudah tahu
tidak ada salahnya bertanya
agar tidak salah langkah

Ini akhir petuah
ingat jangan dilupakan
ambil jadikan pegangan
Apakah maknanya
semut mati karena gula
tafsirkan oleh kalian

*

Contoh 2
Adek dan Inai Adek anjak Batangan
Adek sai ragah: Rajo Mergo
Adek sai sebai : inaino inai rateu, adekno Ratu Mestika

PEPACCUR
Tano tigeh judeumeu
memugo metei wo rawan
tigeh alam salah nei
Tuah nyepik di kukeu
ules ninding di badan
rezekei tawit milei

Kelamo tutuk lebeu
kemaman serto keminan
penano munih kaban waghei
Unyen ngejungken pungeu
bemuhun adek Tuhan
kekalau metei wo abadei

Sijo panggeh datukmeu
matinaris ketinggalan
panggeh datukmeu Sanusi
Sembahyang limo watteu
puaso bulan Ramadhan
dang sappai dilalaiken metei

Agamo dang sappai lalai
lakunei perittah Tuhan
jawehei sai mak beguno
Adat munih tepakai
mufakat, sakai sambayan
nengah nyimah dang lupo

Lakeu lagei meghanai
mak dapek jadei anggeuan
bareng kak gilir tuho
Ghedik sekelik mustei pandai
tehadep segalo badan
wawaiken budei bahaso

Pandai-pandai memalah
patuh di waghei tuho
uyang najin keminan
Basing upo perittah
dang cawo mak kuwawo
ino pebalahan pattangan

Tehadep kemaman dan keminan
wawaiken puppik penyawo
dang nganggeu masabudeu
Baso wat kelapangan
lapah subuk metei wo
dang nginan watteu perleu

Sesikun ulun ghebei
lagei lak ketinggalan
tigeh di zaman tano
Anggeulah ilmeu paghei
semungguk wat isseian
cemungak tando hapo

* Sumber: A. Effendi Sanusi


Terjemah Bebas:

Contoh 2
Gelar dari orang tua mempelai
Gelar yang pria : Rajo Mergo
Gelar yang wanita: pangkatnya pangkat ratu, gelarnya Ratu Mestika

PEPACCUR
Sekarang jodohmu sampai
semoga kalian bernasib baik
hingga alam akhirat
Tuah menyelinap di kuku
kebahagiaan selalu menyertai
rezeki senantiasa mengalir

Kerabat ibu, kakek, dan nenek
paman beserta bibi
begitu pula segenap famili
Mereka menengadahkan tangan
memohon kepada Tuhan
semoga jodoh kalian abadi

Ini ada pesan kakekmu
nyaris terlupakan
pesan kakekmu Sanusi
Sembahyang lima waktu
puasa pada bulan Ramadhan
jangan sampai kalian lalaikan

Agama jangan sampai dilalaikan
kerjakanlah perintah Tuhan
jauhi yang tiada bermanfaat
Adat perlu dijunjung
mufakat, tolong-menolong
bermasyarakat dan jangan kikir

Kelakuan (jelek) ketika bujang
hendaklah ditinggalkan
saat telah beranjak dewasa
Sanak famili harus diketahui
terhadap siapa pun
berbudi bahasalah yang baik

Pandai-pandailah mengalah
patuh pada kakak yang sulung
istri kakak maupun bibi
Apa pun yang diperintah
jangan mengatakan malas
itu perkataan pemali

Terhadap paman dan bibi
bertutur sapalah yang baik
janganlah tidak ada perhatian
Pada saat luang
berkunjunglah kalian berdua
jangan datang hanya saat perlu

Peribahasa para leluhur
masih belum ketinggalan
hingga zaman sekarang
Pakailah ilmu padi
menunduk tanda berisi
tegak tandanya hampa

*
Diposkan oleh A. Effendi Sanusi

PARADINEI

Puisi Lampung: Paradinei
Copas dari Blog A. Effendi Sanusi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya. Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, bahasa puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih banyak memiliki kemungkinan makna.

Berdasarkan fungsinya, puisi Lampung dapat dibedakan atas lima jenis:
1. paradinei/paghadini/tetangguh
2. pepaccur/pepaccogh/wawancan
3. pattun/segata/adi-adi
4. bebandung
5. ringget/pisaan/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahi-wang

Istilah paradinei dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O. Di lingkungan masyarakat Lampung dialek A dikenal dengan istilah paghadini (di lingkungan masyarakat Lampung dialek A Sebatin dikenal dengan istilah tetangguh). Puisi jenis ini digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat.

Pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat, sebelum rombongan tamu (yang terdiri atas arak-arakan) menginjakkan kaki di kediaman tuan rumah, mereka dihadang oleh pihak tuan rumah (yang terdiri atas arak-arakan pula). Acara penghadangan itu dikenal dengan istilah nebak appeng (dialek O) atau nebak appong(dialek A) yang bermakna 'menutup gapura'. Dalam acara penghadangan itu digunakanlah sastra lisan jenis paradinei sebagai media untuk berkomunikasi.

Paradinei terdiri atas sejumlah bait yang bersajak. Akan tetapi, jumlah baris pada setiap bait tidak harus sama. Jumlah baris pada setiap bait paradinei sama dengan jumlah baris suatu paragraf pada karangan berbentuk prosa (yang tidak harus sama). Perbedaannya, kalimat dalam paradinei terikat dua-dua (seperti ikatan kalimat dalam pantun), sedangkan dalam karangan berbentuk prosa tidak demikian.

Paradinei diucapkan oleh jurubicara masing-masing pihak, baik pihak tamu maupun pihak tuan rumah. Di kiri kanan jurubicara terdapat dua orang laki-laki berpakaian adat yang dikenal dengan istilah huleubalang 'hulubalang'. Secara umum, isi paradineiberupa tanya jawab tentang maksud dan tujuan kedatangan (tamu).
Upacara nebak appeng/nebak appong 'menutup gapura' ini mencerminkan bahwa masyarakat Lampung dalam bertindak (terutama yang berpengaruh terhadap orang banyak) tidak gegabah. Sebelum bertindak, perlu didengarkan dulu keterangan dari pihak yang bersangkutan.

Paradinei berfungsi sebagai media:
1. tanya jawab pada saat berlangsungnya upacara penyambutan tamu secara adat
2. untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung
3. untuk mendidik masyarakat Lampung agar menghargai sastra daerah. Di bawah ini dikemukakan contoh paradinei yang lazim digunakan dalam acara nebak appeng'menutup gapura'.

PARADINEI
(dalam bahasa Lampung dialek O)

A. Ucapan jurubicara pihak tuan rumah

Penano cawono pun tabik ngalimpuro
Sikam 'jo keno kayun tian sai tuho rajo
Ki cawo salah susun maklum kurang biaso

Sikam nuppang betanyo jamo metei sangoiringan
Metei jo anjak kedo nyo maksud dan tujuan
Mak dapek lajeu di jo ki mak jelas lapahan

Sapo sai liyeu di jo mak dapek sembarangan
Tuho atau mudo mustei nutuk aturan
Adat perattei 'jak sako ghadeu pepigho zaman

Ijo appeng mergo tigeh di lawangkurei
Dijago balo-balo gagah serto banei
Sangun prajurit sako gagah serto sattei

Huleubalang sai sang kanan:
Pengiran Panglimo gagah serto sattei
Ngunut lawan mak masso di seluruh penjureu bumei
Lamun mak wawai caro nulei metei mak balik lagei

Huleubalang sai sang kirei:
Dalem Priyayei juragan balak nasseu
Temen mak dikan besei, anying di sebai io talleu
Banei lamun debingei dawah io kimbang tileu

Appeng epak limo tako bedameino mak tunai
Tetek pai appeng ijo appai gham beselesai
Penano pai pun bunyei tangguh sikam
tehadep metei ghuppek sangoiringan


B. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, pun, ya jugo pun, Puskam ....
Gemuttur basso sako
Gajah delem epak sumbai
Io meno tanjak migo
Mak nibai bidang buai
Nambek Puskam pun ...

Penano cawono pun
Sikam sangoiringan anjak anek Labuhanratu
Lapah bidang penyimbang lajeu di bidang sukeu
Lapahan rajo-rajo, meghanai, sebai, mulei
Ago wat sai direcako nutuk titei gemattei
Jeng lapah tuho mudo dihappak kaban kiayei

Temunjang anjak sessat berakkat sanak tuho
Ago hippun mufakat tehadep puaghei di jo
Ki dapek di lem sessat mangi tijjang recako

Ingek budei bahaso, piil serto pesenggirei
Gham pakai jamo-jamo mangi mak selisih atei
Akik jamo Belando lagei dapek bedamei

Ulah pasal appeng mergo tigeh di lawang kurei
Sikam kak sedio uno jahkidah sambuk metei
Sangun kak lakkah caro perattei anjak ghebei

Penanolah sehajo mangi metei ghuppek pandai
Mahap pun ngalimpuro katteu ngemik sai lalai
Sai tatteuno bahaso sikam jo kurang pandai

C. Jawaban jurubicara pihak tuan rumah
Lamun penanokidah gham mak dapek selisih
Ki penano kisah sikam ngucapken terimo kasih

Pasal dau belanjo sikam kak nerimo
Ino appeng mergo mak metei mubo di io
Sangun kak lakkah caro anjak zaman sai tuho

D. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya pun, ya jugo pun Puskam ....
Sikam permisei netek appeng ijo:
Betuah nikeu punduk netek appeng mergo
lajeu di appeng tiuh
Benahan setakko ngejuk, asal meso ghanglayo,
gham memalah mangi mak rusuh

Terjemah Bebas

PARADINEI

A. Ucapan jurubicara pihak tuan rumah
Pertama-tama, kami memohon maaf
Kami mendapat perintah dari para sesepuh
Jika ada kata yang salah mohon dimaklumi

Kami numpang bertanya pada kalian serombongan
Kalian dari mana, apakah maksud dan tujuan
Tidak boleh lewat di sini jika tidak jelas tujuannya

Siapa pun yang lewat di sini tidak bisa sembarangan
Tua atau muda musti mengikuti aturan
Adat-istiadat sejak dahulu, telah beberapa zaman

Ini batas marga hingga gapura rumah
Dijaga hulubalang gagah serta berani
Perajurit terlatih turunan orang sakti

Hulubalang yang di kanan:
Pengiran Panglimo gagah serta sakti
Mencari lawan tidak dapat di seluruh penjuru bumi
Jika bermaksud tidak baik pasti kalian binasa

Hulubalang yang di kiri:
Dalem Priyayi juragan besar napsu
Ia orang kebal, tetapi pada perempuan ia takluk
Berani kalau malam (jika) siang ia pura-pura tuli

Pagar berlapis-lapis untuk berdamai tidaklah mudah
Potonglah dulu pembatas ini baru kita musyawarah
Hingga ini dulu kata sambutan kami
Terhadap kalian serombongan

B. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, Anda ....
Gemuttur basso sako
Gajah delem epak sumbai
Io meno tanjak migo
Mak nibai bidang buai
Berhadapan dengan Anda ....

Kami serombongan dari kampung Labuhanratu
Terdiri dari para pimpinan klan dan warga adat
Para bapak, ibu, bujang, dan gadis
Ada yang akan dibicarakan menurut adat istiadat kita
Itulah sebabnya kami datang ke sini disertai para kiayi

Berangkat dari balai adat, berangkat tua muda
Ada yang akan dimusyawarahkan dengan kerabat di sini
Andaikan diizinkan, (kita bicara) di balai adat

Ingat budi bahasa dan Piil Pesenggiri (palsafah etnik Lampung)
Kita anut bersama agar tidak selisih
Sedangkan dengan Belanda, (kita) masih bisa berdamai

Mengenai batas marga hingga (batas) gapura rumah
Kami telah menyiapkan uang adat, ini kami serahkan
Memang telah tata cara kebiasaan sejak dahulu

Begitulah maksud kedatangan kami agar kalian maklum
Kami memohon maaf andaikan ada kekhilafan
Terutama, masalah tutur sapa kami kurang menguasai

C. Jawaban jurubicara pihak tuan rumah
Jika demikian, kita tidak bisa selisih
Jika begitu maksud kalian, kami ucapkan terima kasih
Mengenai uang adat dapat kami terima
Itu batas marga tidaklah asing bagi kalian
Memang sudah tata cara sejak zaman para leluhur

D. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, Anda ....
Kami permisi memotong pembatas ini (simbol berupa kain putih):
Bertuah kamu keris memotong batas marga hingga gapura rumah
Karena mampu maka kita bisa memberi
Biarlah kita mengalah asalkan tujuan tercapai

* Sumber: A. Effendi Sanusi